DISTORSI# 19 | GETAR PERASAAN
DISTORSI# 19
BANYAK yang datang, lalu pergi begitu cepat dan sangat cepat.
kenangan yang tertinggal serasa membungkam
bahkan rumit terucap kata dan nyaris tak tergores dalam abjad bercampur tinta.
Ada, sekilas, berkelebat, lalu menyisakan pedih perih yang mengiris sunyi.
lelucon? Bukan! Kenyataan memang demikian adanya,
bahkan absurd pun saling jelma dalam rupa-rupa ambigu.
Ingat dan lupa berjalan sama dalam benak di waktu bersamaan.
peduli, memerhatikan, atau bahkan tak acuh rasanya sama,
sama-sama diam dalam sunyi sendiri.
Tawar bercampur asam. Begitulah kebersamaan,
seakrab apa pun keberadaan mimpi dan harapan.
Aku, kamu, dan siapa saja bukan satu pikiran, rasa, atau yang lain
selain berdiri sendiri mencari diri sendiri yang tak kunjung dikenali.
GETAR PERASAAN
SERING aku merasakan getar perasaan itu
di kejauhan ruang batinku yang hening dan sunyi
menarik ulur serta menahan entakan sesak di dada
karena rindu yang menyumbat rongga napas
embusnya terdengar berat dan seperti rintihan tak terperi
Jauh aku menatap, walau kosong,
namun aku menemukan bening cinta di pelupuk matamu
Mungkin perumpamaan embun pagi
belum cukup mewakili hakikatmu yang sebenarnya
Aku berlabuh kala senja meraup wajah,
berlayar di samudera mimpi,
hingga pagi muncul di hadapan paruh ayam jantan.
Ini bukan lelucon atas tragedi,
bukan pula rasa yang berkabung dalam sukacita
sebab logika memutar arah dari jalan mimpi menuju kenyataan
Mungkin kita sedang menitikkan butir air mata,
namun jiwa kita meronta tak kuasa menahan gelak tawa
Kita adalah penipu bagi diri kita sendiri
hingga tipu muslihat itu benar-benar menjadi tuan
yang memakan senjatanya sendiri.
BANYAK yang datang, lalu pergi begitu cepat dan sangat cepat.
kenangan yang tertinggal serasa membungkam
bahkan rumit terucap kata dan nyaris tak tergores dalam abjad bercampur tinta.
Ada, sekilas, berkelebat, lalu menyisakan pedih perih yang mengiris sunyi.
lelucon? Bukan! Kenyataan memang demikian adanya,
bahkan absurd pun saling jelma dalam rupa-rupa ambigu.
Ingat dan lupa berjalan sama dalam benak di waktu bersamaan.
peduli, memerhatikan, atau bahkan tak acuh rasanya sama,
sama-sama diam dalam sunyi sendiri.
Tawar bercampur asam. Begitulah kebersamaan,
seakrab apa pun keberadaan mimpi dan harapan.
Aku, kamu, dan siapa saja bukan satu pikiran, rasa, atau yang lain
selain berdiri sendiri mencari diri sendiri yang tak kunjung dikenali.
Yogyakarta, 04 April 2013
SERING aku merasakan getar perasaan itu
di kejauhan ruang batinku yang hening dan sunyi
menarik ulur serta menahan entakan sesak di dada
karena rindu yang menyumbat rongga napas
embusnya terdengar berat dan seperti rintihan tak terperi
Jauh aku menatap, walau kosong,
namun aku menemukan bening cinta di pelupuk matamu
Mungkin perumpamaan embun pagi
belum cukup mewakili hakikatmu yang sebenarnya
Aku berlabuh kala senja meraup wajah,
berlayar di samudera mimpi,
hingga pagi muncul di hadapan paruh ayam jantan.
Ini bukan lelucon atas tragedi,
bukan pula rasa yang berkabung dalam sukacita
sebab logika memutar arah dari jalan mimpi menuju kenyataan
Mungkin kita sedang menitikkan butir air mata,
namun jiwa kita meronta tak kuasa menahan gelak tawa
Kita adalah penipu bagi diri kita sendiri
hingga tipu muslihat itu benar-benar menjadi tuan
yang memakan senjatanya sendiri.
Yogyakarta, 04 April 2013
Puisi ini telah dipublikasikan di ANALISA (07/09/2014)