SELAKSA TAMAN | WARNA GELAP
SELAKSA TAMAN
PERNAHKAH kau benamkan keseluruhan tubuhmu di rimbun taman bunga?
pergilah ke taman, lihat rekah bunga, lirih memagut jiwa
kesadaran dan makrifat akan selamatkan jari dari tajam duri
Lihatlah bagaimana burung berkicau sukacita dalam jubah musim semi
ke sana-sini ia mematuk biji sembari melafalkan madah kekasih
“Damailah kau bersama cinta! Musim gugur masih jauh adanya.”
Janganlah mereguk air yang tercampur racun walau hanya setetes
nyawa tidak akan ada artinya di hadapan racun berbisa
bila telah rusak esensi diri, maka buruklah segala rupa
WARNA GELAP
GELAP tak ada di luar dirimu, bukan di depanmu
gelap telah tinggal begitu lama di ceruk terdalam dadamu
telah lama ia menjelaga, legam, dan tak berupa adanya
Bila kau terus mengobarkan api, asap akan terus memekat
walaupun kau singkirkan benih api, bahan bakar akan menyulut
bahkan guyur air takkan berarti bila debitnya tak sebanding
Warna gelap tak ada di luar, tapi dalam dirimu
walaupun cahaya terang memancar di luar, kau tetaplah gelap
singkap tabir itu, cahaya akan menerobos masuk dalam jiwamu
Sajak ini telah dipublikasikan di GEMA MENOREH (Edisi V November 2015)
PERNAHKAH kau benamkan keseluruhan tubuhmu di rimbun taman bunga?
pergilah ke taman, lihat rekah bunga, lirih memagut jiwa
Baca Juga
Lihatlah bagaimana burung berkicau sukacita dalam jubah musim semi
ke sana-sini ia mematuk biji sembari melafalkan madah kekasih
“Damailah kau bersama cinta! Musim gugur masih jauh adanya.”
Janganlah mereguk air yang tercampur racun walau hanya setetes
bila telah rusak esensi diri, maka buruklah segala rupa
Yogyakarta, 18 Juni 2015
GELAP tak ada di luar dirimu, bukan di depanmu
gelap telah tinggal begitu lama di ceruk terdalam dadamu
telah lama ia menjelaga, legam, dan tak berupa adanya
Bila kau terus mengobarkan api, asap akan terus memekat
walaupun kau singkirkan benih api, bahan bakar akan menyulut
bahkan guyur air takkan berarti bila debitnya tak sebanding
Warna gelap tak ada di luar, tapi dalam dirimu
walaupun cahaya terang memancar di luar, kau tetaplah gelap
singkap tabir itu, cahaya akan menerobos masuk dalam jiwamu
Yogyakarta, 15 Juni 2015
Sajak ini telah dipublikasikan di GEMA MENOREH (Edisi V November 2015)