LONCATAN MOZAIK AGNOSIA
LONCATAN MOZAIK AGNOSIA
TERSIMPUL loncatan pandang dari titik masa ke ruang imaji
embus mengarak ragam mozaik di ingatan, menyuluh biduk elegi
mari saling bertutur pun memberi isyarat atas hendak hati
Ah, tak perlu mengaduk air terjun sekadar mendengar deburnya
sebagian lidah meraka hanya karena tak sejalan dengan logika
bukankah tak ada mimpi datang secara tiba-tiba dan terpaksa?
Agnosia telah halangi maksudmu hingga tak tuntas memacu gerakku
terlebih nahu yang kudengar teramat samar hingga kuwur tingkahku
kecuali dirimu ingin bermain-main dengan luka lama di jiwaku
TERSIMPUL loncatan pandang dari titik masa ke ruang imaji
embus mengarak ragam mozaik di ingatan, menyuluh biduk elegi
mari saling bertutur pun memberi isyarat atas hendak hati
Ah, tak perlu mengaduk air terjun sekadar mendengar deburnya
sebagian lidah meraka hanya karena tak sejalan dengan logika
bukankah tak ada mimpi datang secara tiba-tiba dan terpaksa?
Agnosia telah halangi maksudmu hingga tak tuntas memacu gerakku
terlebih nahu yang kudengar teramat samar hingga kuwur tingkahku
kecuali dirimu ingin bermain-main dengan luka lama di jiwaku
Yogyakarta, 04 Agustus 2016
Sajak ini telah dipublikasikan di RAKYAT SUMBAR (18/06/2017)