Lo ≠ Lu - Anam Khoirul Anam Official -->

Lo ≠ Lu

Siapa pun pasti pernah mendengar atau bahkan sering mengucapkan kata ‘lo’ yang dimaksudkan sebagai bentuk kata ganti (ptonomina) saat berdialog dengan orang lain. Kata ini sudah sangat akrab bahkan lazim diucapkan oleh siapa saja—terutama masyarakat urban. Apalagi kata ini juga sering kali diucapkan sekaligus dipopulerkan lewat media iklan tertentu, film, atau pementasan tertentu—entah dalam bentuk lisan maupun tulisan. Namun tidak semua pengucap atau si penulis menyadari bahwa telah terjadi kekeliruan dalam hal penerapan maupun penulisan kata tersebut. Atau dengan kata lain, secara maksud sudah benar namun secara penulisannya keliru.

Merujuk pada kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), kata ‘lo’ memiliki pengertian: lo p cak kata seru menyatakan heran, terperanjat, dan sebagainya. Sedangkan kata ‘lu’ memiliki pengertian: lu pron cak kamu.

Bagi orang yang tidak berkecimpung di dunia menulis, mungkin menulis kata ‘lo’—bukan ‘lu’—sebagai kata ganti adalah sah-sah saja bahkan tak mau ambil pusing. Toh, bagi yang mendengar dan atau membaca sudah paham dengan apa yang dimaksudkan. Namun bagi penulis yang berpedoman pada kaidah penulisan yang baik dan benar, tentu akan merasa janggal mengetahui hal itu dan perlu membenahi apa yang dirasa keliru tersebut.

Ketika hal itu diterapkan dalam sebuah dialog tulisan atau kalimat secara tertulis sudah tentu tidak tepat sekaligus beda fungsi ataupun maknanya.

Contoh:
1. “Siapa sih lo?” kata Fulan. ≠ “Siapa sih lu?” kata Fulan.
2. “Lo, kapan tiba di Yogyakarta?” ucap Siti mengetahui temannya datang. ≠ “Lu, kapan tiba di Yogyakarta?” ucap Siti mengetahui temannya datang.
3. Ini dunia gue, mana dunia lo? ≠ Ini dunia gue, mana dunia lu?
4. Tunjukin aksi lo! ≠ Tunjukin aksi lu!

Dari contoh di atas, selain jelas perbedaannya sudah tentu lain pula makna yang dimaksudkan. Antara kata ‘lu’ sebagai kata ganti dengan kata ‘lo’ sebagai bentuk kata seru sudah pasti tidak pada fungsi sebenarnya.

Bagi meraka yang sering baca buku, barangkali juga menjumpai kata ‘loh’ sebagai bentuk kata seru, heran, atau terperanjat seperti yang sudah dijelaskan dalam KBBI.

Ketika membaca karya dari para penulis, tak sedikit pula yang menulis kata ‘lo’ (kata seru) dengan ‘loh’ di dalam dialog cerita, padahal kata ‘loh’ juga memiliki arti sendiri yakni loh [1] n papan bertulis; atau makna lain jika diikuti kata lainnya. Misal; Loh jinawi [2] Jw a subur makmur berlimpah-limpah. Loh mahfuz Isl tempat mencatat semua amal baik atau buruk manusia.

Semoga bermanfaat.


Berlangganan update artikel terbaru via email:




Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1


Iklan Tengah Artikel 2


Iklan Bawah Artikel