SESAK DI DADA | ANTARA KESUNYIANKU DAN KESUNYIANMU
SESAK DI DADA
BILA menahan sesak di dada
adalah bagian dari rindu karena mencintaimu,
tentulah akan kurelakan itu hanya untukmu.
Biarlah debar jantungku ketika pagi menjelang
menjadi orkestrasi syahdu yang akan membawamu
pada kesejatian cintaku. Dan coba dengarkan detak waktu
yang merangkai harmoni antara jiwamu dan jiwaku,
adakah ia bagai genderang perang yang ditabuh
di antara mata yang digayuti kantuk?
Tentunya bukan keterkejutan bodoh semacam itu aku mencintaimu
cintaku padamu mungkin lebih halus dari air
ketika dahaga mencekik kerongkongan di musim kemarau
Keraguan apa lagi yang membuatmu merentangkan jarak
ketika kita saling tersulut bara api di persimpangan jalan
di antara gelap malam. Tentu kamu takkan meninggalkan aku
sebelum menunjukkan satu bintang sebagai penggantimu
dan petunjuk arah bagiku sebelum kamu benar-benar pergi
menjauh dari kehidupanku.
ANTARA KESUNYIANKU DAN KESUNYIANMU
MENGAPA hanya sunyi sepi yang mempertemukan kita
mengapa dalam sunyi kita hanya mampu bicara dan berjumpa
Di antara sederetan rindu sedemikian menggebu
kesunyian makin abadi dalam roman asmara antara kita
sunyi menjadi jarak yang begitu jauh untuk kita tempuh,
bahkan serasa tanpa ujung untuk kita jejak
Kita saling menatap namun tiada saling menyentuh
aku hanya mampu menatapmu lewat kilas bayang
di alam pikirku, dalam segala imajiku
Kita bersama namun terbentang ruang, jarak, dan waktu
namun aku percaya dalam sunyi itu
kita menaruh cinta yang bercahaya
dan aku percaya dalam sunyi itu
kamu menaruh surat cinta sebagai isyarat hati
karena rindu yang tertahan di jiwamu untukku
BILA menahan sesak di dada
adalah bagian dari rindu karena mencintaimu,
tentulah akan kurelakan itu hanya untukmu.
Biarlah debar jantungku ketika pagi menjelang
menjadi orkestrasi syahdu yang akan membawamu
pada kesejatian cintaku. Dan coba dengarkan detak waktu
yang merangkai harmoni antara jiwamu dan jiwaku,
adakah ia bagai genderang perang yang ditabuh
di antara mata yang digayuti kantuk?
Tentunya bukan keterkejutan bodoh semacam itu aku mencintaimu
cintaku padamu mungkin lebih halus dari air
ketika dahaga mencekik kerongkongan di musim kemarau
Keraguan apa lagi yang membuatmu merentangkan jarak
ketika kita saling tersulut bara api di persimpangan jalan
di antara gelap malam. Tentu kamu takkan meninggalkan aku
sebelum menunjukkan satu bintang sebagai penggantimu
dan petunjuk arah bagiku sebelum kamu benar-benar pergi
menjauh dari kehidupanku.
Yogyakarta, 04 April 2013
MENGAPA hanya sunyi sepi yang mempertemukan kita
mengapa dalam sunyi kita hanya mampu bicara dan berjumpa
Di antara sederetan rindu sedemikian menggebu
kesunyian makin abadi dalam roman asmara antara kita
sunyi menjadi jarak yang begitu jauh untuk kita tempuh,
bahkan serasa tanpa ujung untuk kita jejak
Kita saling menatap namun tiada saling menyentuh
aku hanya mampu menatapmu lewat kilas bayang
di alam pikirku, dalam segala imajiku
Kita bersama namun terbentang ruang, jarak, dan waktu
namun aku percaya dalam sunyi itu
kita menaruh cinta yang bercahaya
dan aku percaya dalam sunyi itu
kamu menaruh surat cinta sebagai isyarat hati
karena rindu yang tertahan di jiwamu untukku
Yogyakarta, 04 April 2013
Puisi ini telah dipublikasikan di ANALISA (21/12/2014)