KAUM YANG DIMUSNAHKAN | CEMBURU | ELEGI LIDAH
KAUM YANG DIMUSNAHKAN
BERAPA banyak kaum di muka bumi ini telah dimusnahkan?
kaum ‘Ad binasa sebab mendustakan kenabian dari nabi Hud
angin disertai guruh datang menerjang lalu mengubur tubuh mereka
Demikian pula dengan kisah kaum nabi Luth yang menyimpang
gempa dahsyat disertai angin kencang datang mengguncang sebagai azab
mereka pun binasa tertimbun puing bangunan, rata dalam tanah
Ada begitu banyak kaum telah musnah karena ingkar kebenaran
ketakpercayaan itu masih saja tumbuh subur dalam diri manusia
bukankah kini angin telah menunggu perubahan wujud menjadi petaka?
CEMBURU
JANGANLAH kau timpakan amarah bila cemburu meraup di wajahmu
tentu sikapmu itu akan semakin membuatku bagai orang asing
bukankah ranum wajahmu lebih kurindu bila tanpa kobar amarah?
Perlu kau tahu, tanpa perjumpaan, rinduku sering membuat onar
datanglah seperti biasa agar cemburu tak meradang di dada
tanpa tatap mata cinta, prasangka sering memicu cemburu buta
Jangan biarkan roh ini meratap dalam sunyi tanpa rahmat
hati yang kosong begitu mudah dijangkiti hasutan iblis gentayangan
bukankah keberadaanmu adalah tuan bagi kekosongan cawan ragaku ini?
ELEGI LIDAH
APAKAH anak panah membenci busur setelah dilesatkan ke udara?
bila genderang kata ditabuh, selaput sunyi pecah di telingamu
kata yang tak sampai ke hati hanyalah sampah udara
Oh, waspadalah pada ketajaman lidah tak bertulang itu, Kawan!
bermula dari lidah itu renggang menjadi rekat, begitu sebaliknya
bisa saja yang hidup mendadak binasa karena silat lidah
Begitu banyak bangsa yang sentosa karena titah sang raja
namun tak sedikit bangsa runtuh karena lidah para penguasa
sebagian orang jaya karena lidahnya, namun tidak untuk sebaliknya.
Sajak ini telah dipublikasikan di SOLOPOS (30/08/2015)
BERAPA banyak kaum di muka bumi ini telah dimusnahkan?
kaum ‘Ad binasa sebab mendustakan kenabian dari nabi Hud
Baca Juga
Demikian pula dengan kisah kaum nabi Luth yang menyimpang
gempa dahsyat disertai angin kencang datang mengguncang sebagai azab
mereka pun binasa tertimbun puing bangunan, rata dalam tanah
Ada begitu banyak kaum telah musnah karena ingkar kebenaran
bukankah kini angin telah menunggu perubahan wujud menjadi petaka?
Yogyakarta, 06 Juni 2015
JANGANLAH kau timpakan amarah bila cemburu meraup di wajahmu
tentu sikapmu itu akan semakin membuatku bagai orang asing
bukankah ranum wajahmu lebih kurindu bila tanpa kobar amarah?
Perlu kau tahu, tanpa perjumpaan, rinduku sering membuat onar
datanglah seperti biasa agar cemburu tak meradang di dada
tanpa tatap mata cinta, prasangka sering memicu cemburu buta
Jangan biarkan roh ini meratap dalam sunyi tanpa rahmat
hati yang kosong begitu mudah dijangkiti hasutan iblis gentayangan
bukankah keberadaanmu adalah tuan bagi kekosongan cawan ragaku ini?
Yogyakarta, 08 Juni 2015
APAKAH anak panah membenci busur setelah dilesatkan ke udara?
bila genderang kata ditabuh, selaput sunyi pecah di telingamu
kata yang tak sampai ke hati hanyalah sampah udara
Oh, waspadalah pada ketajaman lidah tak bertulang itu, Kawan!
bermula dari lidah itu renggang menjadi rekat, begitu sebaliknya
bisa saja yang hidup mendadak binasa karena silat lidah
Begitu banyak bangsa yang sentosa karena titah sang raja
namun tak sedikit bangsa runtuh karena lidah para penguasa
sebagian orang jaya karena lidahnya, namun tidak untuk sebaliknya.
Yogyakarta, 08 Juni 2015
Sajak ini telah dipublikasikan di SOLOPOS (30/08/2015)