MADAH KECAPI | SOLILOKUI
MADAH KECAPI
HAI para musisi, teruslah memetik dawaimu agar tergetar imajiku
gubahlah syair dalam lagu, biarkan ia hidup dalam ingatanku
tiap notasi adalah roh yang akan menari sepanjang waktu
Sekiranya dawai dan kecapi musnah terbakar dari muka bumi
masih ada bagitu banyak kecapi tersimpan dalam khazanah diri
tak perlu risaukan diri, kecapi tersembunyi akan hidup abadi
Percayalah! Lagu cinta takkan lekang, kecuali bagi si tuli
teruslah bernyanyi dengan riang hati, madah kecapi akan abadi
jangan mengatupkan bibirmu, sebab simfoni takkan menari dalam imaji
SOLILOKUI
TAK perlu mencari pesona dari jasadku, ia akan pudar
bukan pula luas alam pikir maupun kedalaman hatiku ini
keabadian itu tak pernah menyatu pada paras nan kasatmata
Bila ingin ragam mutiara, menyelamlah hingga ke dasar laut
kau pun akan saksikan keindahan lain saat menyelamkan diri
daratan hanya memberimu limbah cangkang, bebatuan, dan anasir pasir
Entaslah! Bukankah kau telah dapatkan banyak hal dariku sekaligus?
biarlah segala lebur, namun hanya satu yang takkan musnah
percayalah! Cinta tak pernah menyatu pada paras nan kasatmata
HAI para musisi, teruslah memetik dawaimu agar tergetar imajiku
gubahlah syair dalam lagu, biarkan ia hidup dalam ingatanku
tiap notasi adalah roh yang akan menari sepanjang waktu
Sekiranya dawai dan kecapi musnah terbakar dari muka bumi
masih ada bagitu banyak kecapi tersimpan dalam khazanah diri
tak perlu risaukan diri, kecapi tersembunyi akan hidup abadi
Percayalah! Lagu cinta takkan lekang, kecuali bagi si tuli
teruslah bernyanyi dengan riang hati, madah kecapi akan abadi
jangan mengatupkan bibirmu, sebab simfoni takkan menari dalam imaji
Yogyakarta, 08 Juni 2015
TAK perlu mencari pesona dari jasadku, ia akan pudar
bukan pula luas alam pikir maupun kedalaman hatiku ini
keabadian itu tak pernah menyatu pada paras nan kasatmata
Bila ingin ragam mutiara, menyelamlah hingga ke dasar laut
kau pun akan saksikan keindahan lain saat menyelamkan diri
daratan hanya memberimu limbah cangkang, bebatuan, dan anasir pasir
Entaslah! Bukankah kau telah dapatkan banyak hal dariku sekaligus?
biarlah segala lebur, namun hanya satu yang takkan musnah
percayalah! Cinta tak pernah menyatu pada paras nan kasatmata
Yogyakarta, 28 Februari 2016
Sajak ini telah dipublikasikan di RAKYAT SULTRA (25/07/2017)