Istilah-istilah dalam Skrip Film
Bagi para penulis yang ingin mencoba masuk dalam dunia kepenulisan skrip film, barangkali perlu mengetahui istilah-istilah ini agar lebih mudah dalam proses pembuatannya. Sebab menulis skrip film dengan menulis cerpen atau novel jelas beda formatnya. Berikut adalah istilah-istilah dalam penulisan skrip film:
1. ACTION: Selain diartikan sebagai perintah sutradara saat pengambilan gambar, action juga bisa diartikan sebagai gerak laku pemeran, yang terjadi dalam suatu adegan. Selain itu, kata action juga bisa dipakai untuk menentukan jenis sebuah film, yang diartikan sebagai film laga.
2. BIG CLOSE UP (BCU): Pengambilan gambar pada jarak sangat dekat. Misalnya, dalam gambar orang hanya terlihat bibirnya saja. Contoh pemakaian dalam skenario, untuk menunjukkan sebuah cincin di jari manis tokoh, kita bisa pakai ‘BCU’ untuk cincin. Namun jika ini sudah diperjelas dalam deskripsi, tidak perlu ditulis ‘BCU’ lagi, sebab ini adalah tugas sutradara.
3. CLOSE UP (CU): Pengambilan gambar pada jarak dekat. Dalam gambar orang terlihat wajahnya saja. Untuk pemakaian dalam skenario, ‘CU’ bisa untuk menegaskan ekspresi tokoh. Namun, penggunaan ‘CU’ sebisa mungkin untuk hal-hal yang sangat penting saja, misalnya menegaskan sebuah lirikan mata dan senyum sinis A pada B. Jika tidak terlalu penting, jangan gunakan tanda ‘CU’ ini karena masalah shot adalah wilayah sutradara.
4. COMMERCIAL BREAK: Jeda dalam tayangan sinetron yang diisi iklan. Biasanya penulis skenario juga harus memperhitungkan saat jeda ini, dengan memberikan suspense pada cerita—sebelum commercial break—agar penonton tetap menunggu kelanjutan cerita kita, tanpa berpindah ke channel lain.
5. CREDIT TITLE: Penayangan nama tim kreatif dan para ahli, serta semua orang yang terlibat dalam pembuatan sinetron atau film tersebut.
6. CUT BACK TO: Transisi dengan tempo cepat, tapi kembali ke adegan atau lokasi yang telah dilihat sebelumnya. Contoh penggunaannya dalam skenario, misalnya seorang anak menangis karena terpisah dari ibunya di mal, CUT TO: Ibu sedang mencari anaknya dengan gelisah di sudut yang lain, maka ketika akan kembali ke gambar anak yang menangis tadi, yang saat ini mungkin sudah dibantu satpam, transisinya kita pakai CUT BACK TO.
7. CUT TO: Transisi atau peralihan dengan tempo yang cepat, misalnya untuk menggambarkan kejadian yang terjadi bersamaan tapi pada tempat yang berbeda. Atau juga kelanjutan adegan, tapi masih pada hari yang sama.
8. DISSOLVE TO: Transisi yang menunjukkan gambar menjadi kabur, kemudian masuk ke gambar adegan berikutnya. Dalam skenario, ini biasanya dipakai untuk menggambarkan sebuah mimpi, mengenang masa lalu, atau fash back, membayangkan sesutau yang akan terjadi.
9. DIALOG: Kalimat yang diciptakan oleh penulis skenario, yang nantinya diucapkan oleh seorang aktor. Dialog harus mewakili peran, karakter, dan perasaan si tokoh dalam cerita.
10. DURASI: Waktu tayang di televisi sudah termasuk commercial break. Durasi yang umum: 30 menit, biasanya untuk sinetron serial komedi. Durasi 60 menit, biasanya untuk sinetron serial drama, durasi ini paling umum kita lihat di televisi. Durasi 90 menit, biasanya untuk sinetron cerita lepas, semacam telesinema dan FTV.
11. ESTABLISHING SHOT: Biasa disingkat establish saja, artinya pengambilan gambar secara penuh, terlihat secara keseluruhan. Biasanya pengambilan dari jarak jauh sehingga gambar terlihat kecil. Contoh, jika kita ingin memasuki setting sebuah kamar dalam rumah sakit, biasanya kita beri dulu establish gedung rumah sakit secara keseluruhan. Namun, jika tempat itu sudah diperlihatkan secara keseluruhan, tidak perlu ada establish berulang kali.
12. EXTERIOR (EXT.): Biasanya dalam skenario ditulis pada deretan judul scene, untuk menunjukkan keterangan tempat di luar ruangan. Tulisan EXT. dan INT., bisa digabung menjadi misalnya: EXT./INT. yang menunjukkan adegan di jalanan atau dalam mobil. Bisa juga gabungan itu dipakai jika menunjukkan adegan pada teras sebuah rumah.
13. FADE OUT: Transisi gambar dari terang ke gelap dengan cara lambat.
14. FADE IN: Transisi gambar dari gelap ke terang dengan cara lambat. Dalam skenario, penulisan FADE OUT dan FADE IN biasanya bersamaan untuk transisi yang menujukkan perubahan waktu, bisa dari malam ke pagi, atau dalam hitungan hari, minggu, bulan, bahkan tahun. Selain menujukkan perubahan waktu, bisa juga menggambarkan perubahan keadaan dan perubahan lokasi.
15. FLASH BACK: Bisa diartikan sebagai kilas balik. Cerita yang kembali pada waktu sebelum kejadian berlangsung. FLASH BACK bisa menunjukkan kemunduran waktu beberapa tahun ke belakang, bisa juga hanya dalam waktu beberapa saat sebelumnya.
16. FREEZE: Menghentikan aksi atau bertahan pada posisi akhir adegan. Dalam penulisan skenario biasanya digunakan untuk akhir sebuah episode, di mana gambar berhenti mengakhiri sebuah cerita. Akhir cerita ini pada sinetron serial biasanya diambil gambar yang paling menegangkan sehingga akan terjadi suspense bagi penonton. FREEZE umumnya untuk gambar tokoh sentralnya.
17. INSERT: Sisispan adegan pendek dan singkat tapi penting, di dalam sebuah scene. Misalnya, pada adegan beberapa orang ngobrol di dalam ruang tamu, tiba-tiba di luar ada orang yang mengintip dan menguping pembicaraan mereka. Meskipun setting berubah, kita tak perlu membuat scene baru untuk adegan mengintip itu, cukup dengan INSERT saja.
18. INTERCUT: Perpindahan dengan cepat, dari satu adegan ke adegan lain yang berada dalam satu kesatuan cerita. Misalnya adegan telepon, dua setting yang bergantian ditampilkan, maka kita bisa menggunakan INTERCUT untuk pergantian cepat setiap dialog si penelepon dan orang yang ditelepon.
19. INTERIOR (INT.): Penulisannya dalam skenario sama dengan EXT., tapi ini untuk menujukkan keterangan tempat di dalam ruangan.
20. LONG SHOT (LS): Pengambilan gambar pada jarak jauh. Biasanya untuk gambar yang harus terlihat keseluruhan. Misalnya gambar orang akan terlihat seluruh badan berikut latar belakangnya. Namun, jika tak terlalu penting jangan cantumkan LS dalam skenario karena sama seperti CU dan BCU, ini juga wewenang sutradara.
21. MAIN TITLE: Judul cerita pada sebuah tayangan sinetron atau film. Dalam penulisan skenario biasanya ditampilkan atau ditulis setelah adegan teaser. Dan dilanjutkan dengan penayangan credit titles.
22. MONTAGE: Beberapa gambar yang menujukkan adegan berkesinambungan dan mengalir, bisa beberapa lokasi yang berbeda, tapi menyatu dalam rangkaian. Dalam penulisan skenario, misalnya seorang sedang putus cinta, maka ia mulai mengenang masa indahnya dulu bersama mantan kekasihnya. Dalam hal ini kita pakai MONTAGE dengan menampilkan beberapa adegan indah antara si tokoh dan mantan kekasihnya ketika masih bersama, kita tampilkan mereka sedang berkejaran di pantai, lalu kita tampilkan juga saat mereka berduaan di taman bunga, lalu saat mereka saling menukar barang kenangan, dsb.
23. RATING: Ini kita istilahkan sebagai survei jumlah penonton yang menyaksikan tayangan di televisi, dalam hal ini termasuk tayangan sinetron yang cerita dan skenarionya kita tulis. Survei ini dilakukan oleh sebuah lembaga bernama AC NIELSON, yang sudah diakui kredibilitasnya oleh masyarakat pertelevisian di Indonesia. Setiap minggunya pihak ini akan memebrikan lembaran hasil surveinya ke semua stasiun televisi dan PH, di lembaran itu akan terlihat urutan tayangan mulai dari yang terbanyak penontonnya, hingga yang paling sedikit. RATING sampai saat ini masih menjadi tolok ukur tayangan di Indonesia. RATING tinggi berarti tayangan dianggap laku dan secara bisnis menguntungkan PH atau Broadcast, sehingga diproduksi terus, sebaliknya bila RATING rendah maka tayangan akan cepat dihentikan agar tidak merugikan produksi.
24. SCENE: Kata lain dari adegan, yaitu bagian terkecil dari sebuah cerita.
25. SCENARIO: Artinya sama dengan skenario, hanya masalah perbedaan bahasa saja, penulisan menggunakan “K” karena sudah diindonesiakan.
26. SCREENPLAY: Artinya juga sama dengan Scenario atau Skenario.
27. SCRIPTWRITER: Orang yang kerjanya membuat atau menulis skenario atau disebut juga Penulis Skenario.
28. SEQUENCE: Kata lain dari Babak, yaitu kumpulan dari beberapa adegan.
29. SLOW MOTION: Gerakan yang terlihat lebih lambat dari biasanya. Hal ini biasanya digunakan untuk menampilkan adegan yang sangat dramatis. Misalnya, adegan seorang tokoh ditembak dari belakang. Saat si tokoh jatuh, gerakan bisa saja dibuat SLOW MOTION agar lebih terkesan dan menyentuh perasaan penontonnya.
30. SOUND EFFECT: Biasanya dalam penulisan digunakan istilah FX, maksudnya suara yang dihasilkan di luar suara mausia dan ilustrasi musik. Misalnya, suara telepon berdering, bel tanda masuk sekolah, suara alat dapur berjatuhan, dsb.
31. SPLIT SCREEN: Dua adegan berbeda yang muncul pada satu layar. Bisa kita pisahkan dengan garis vertical atau horizontal. Pada penulisan dalam skenario bisa kita pakai saat ingin menggambarkan adegan telepon yang menampilkan ekspresi kedua tokoh secara bersama-sama.
32. TEASER: Adegan gebrakan, ditampilkan pada pembukaan atau awal cerita, yang tujuannya memancing penonton untuk menyaksikan kelanjutan cerita di belakangnya. Teaser bisa berupa sebuah scene atau adegan baru yang diciptakan oleh penulis skenario, bisa juga cuplikan adegan paling menarik atau konflik utama yang sudah ada dalam skenario.
33. VOICE OVER (VO): Dialog yang terdengar tapi tidak tampak di gambar, misalnya terdengar orang berbicara dari ruang sebelah. Atau, bisa juga orangnya tampak, suaranya terdengar, tapi bibirnya tidak bergerak, jadi dia terlihat berbicara dalam hati.
Semoga dapat membantu dan bermanfaat.