KUSEBUT NAMAMU DALAM SUNYI | HAMPA DALAM GENGGAMAN | ROMANTIKA TAMAN | RUANG PALING SUNYI DALAM JIWA | BURUNG-BURUNG CAHAYA
KUSEBUT NAMAMU DALAM SUNYI
ADA yang sembunyi di balik ucapan lugas bibir ini
ia menyatu dengan detak jantung dan juga embus napas
teramat jelas terdengar, namun rahasia bagi telinga orang lain
Namamu terus mengalir dalam jiwa bagai air menuju muara
sekali sebut, seluruh pikiran keruh menyingkir dari alam roh
ketika lalai menggoda ingatan, sekujur tubuh terasa hilang daya
Walau sunyi selimuti diri, teman sejati tetap setia menemani
kirana menyala penuh hangat meski sering goyah diterpa angin
mari tuntaskan renjana, sebab kini dadaku begitu sarat sukacita
Yogyakarta, 03 Desember 2019
HAMPA DALAM GENGGAMAN
JANGANLAH karena segelas air tawar lantas kaubelah ceruk lautan
andai telah kering seluruh debit samudra, dahaga tetap meraja
betapa sia-sia upayamu meski perut tampak penuh oleh gelambir
Langkah tanpa arah serta tujuan pasti mudah hilang keseimbangan
apalagi bila hamparan gelap mengadang mata dari titik cahaya
ketika kewaspadaan raib, tubuh nan kokoh pun laun tersungkur
Taburlah benih walau payah terus menggerogoti sendi di badan
percayalah bahwa Tuhan masih menanti jiwa-jiwa tak putus asa
pantik api kala malam merayap dan padamkan saat fajar
Yogyakarta, 17 Mei 2019
ROMANTIKA TAMAN
SETANGKAI bunga tergolek di atas meja kamar yang sunyi
kelopaknya telah layu digerus usia sebelum burung pagi bernyanyi
debu jalan mengaburkan partitur hingga tak terurai lagi bunyi
Ke mana angin bawa pergi wangi selepas batin berkelahi?
begitu banyak mawar dicampakkan demi nama cinta dan berahi
gores luka dalam palung jiwa sulit untuk segera disudahi
Meski terhalang awan hitam, cahaya bulan tampak sangat terang
bagai rona kekasih tercinta mengalahkan matahari ketika jelang siang
bila kekang rindu tanpa jumpa, pilu pasti kian meradang
Yogyakarta, 02 Desember 2019
RUANG PALING SUNYI DALAM JIWA
SIMPAN sukacita yang sembul ke dada saat malam tiba
lolong sunyi takkan berarti bila iklim hati terus terjaga
sebelum fajar nyala, entaskan seluruh desir rindu dalam jiwa
Cahaya makrifat selalu panggil hasrat dari makam paling hakiki
ia tidak pernah tersentuh tapi sering kali menghinggapi nurani
sayang sekali dungu telah palingkan wajah—bahkan membuat tuli
Lepaskan segala rasa ketika jumpa dengan kekasih begitu nyata
buang ragu, sebab hal itu justru jadi penghalang senyawa
haruskah menunggu waktu jika semua pintu bahagia sudah terbuka?
Yogyakarta, 21 September 2019
BURUNG-BURUNG CAHAYA
BURUNG jiwaku tafakur dalam sunyi saat surya sembul tinggi
meskipun bersayap kokoh namun tidak mau terbang—kusut sigi
sembilu memicu masygul hingga sukacita menjerbak ke latar elegi
Raut kekasih nan rupawan berkisar di atas selat pikiran
kian jauh kenang merayap masa, degup jantung tak keruan
bila rindu menohok kalbu, bahang pun merajai sekujur badan
Sejak curah rasa tertuju padamu, tawarlah segala nikmat dunia
sekadar sebut namamu saja telah mengubah lara menjadi sukaria
mari lekas singsingkan kerai penglihatan rohani agar cerlang adiwidia!
Yogyakarta, 25 Agustus 2019
Sajak ini telah dipublikasikan di SOLOPOS (15/12/2019)