Cinta Datang di Saat yang Tak Tepat
Pernahkah suatu ketika, saat engkau sedang jatuh cinta dan telah menjalin cinta, tiba-tiba muncul keinginan untuk mencari cinta lain—istilah populernya adalah selingkuh? Ya, pernahkah tebersit keinginan semacam ini? Hal ini memang manusiawi, tapi menjadi sangat tak manusiawi bila dilakukan setelah ada ikatan suci. Siapa pun pasti ingin dicintai dan disayangi, namun jika menjalin ikatan cinta dalam situasi dan kondisi yang salah, sudah pasti salah pula pada akhirnya. Kilah apa pun pasti terbantah dan semakin menegaskan adanya kesalahan atas sebuah keputusan.
Lantas bagaimana jika sudah telanjur melakukan hubungan lain di antara hubungan sebenarnya? Untuk sementara waktu biarkan saja semua mengalir. Tak perlu tergesa-gesa melakukan tindakan lebih jauh atau memutus secara paksa. Berusahalah untuk mundur pelan-pelan hingga merasa benar-benar siap saling melepaskan. Jangan sampai terdengar jejak kaki saat undur diri agar tak saling mencederai. Ingat, ini bukan teori melarikan diri dari tanggung jawab. Siapa yang berbuat, dia pula yang harus bertanggung jawab. Bila semua telah siap, bicarakan secara baik-baik di waktu yang benar-benar tepat meski terdengar tak menyenangkan. Putuskan tanpa perlu memutus! Akhiri tanpa perlu melanjutkan di kemudian hari. Meski sama-sama dinilai pengecut, tapi mengakhiri hubungan di antara cinta sejati jauh lebih bermartabat walaupun sebenarnya telah terlaknat. Bukankah hal itu jauh lebih baik dan tidak akan melahirkan keburukan lebih mengerikan lagi?
Bila hubungan cinta lain (selingkuh) yang sudah terjalin diteruskan lebih jauh lagi dari yang semestinya, tentu semakin memperkeruh suasana lahir maupun batin. Secara tak langsung hal itu sudah melukai banyak pihak. Sudah pasti banyak hati yang terluka dan kecewa. Sampai kapan semua itu diakhiri? Sama halnya dengan kapan memulai, mengakhiri juga butuh pertimbangan yang jauh lebih mumpuni. Jangan memutus secara paksa—selain harus kehilangan—cara itu pasti akan menyisakan sakit tiada tara, bahkan luka yang ditinggalkan takkan ada penawarnya. Biarkan semua mengalir seperti semula. Mengalir seperti saat sebelum terjadi pernyataan untuk saling menjalin hubungan. Meski apa yang sudah terjadi tak bisa diputar kembali, biarkan waktu memulihkan kesadaran. Jalani semua secara wajar tanpa perlu mengulangi perbuatan kuarang ajar. Laun, akan tampak jelas mana cinta sejati dan mana jalinan asmara yang sekadar untuk pelampiasan berahi. Jangan sekali-kali mengaduk air jernih, sebab lambat laun pasti keruh juga. Biarkan air itu endap dan jernih dengan sendirinya.
Berpikirlah secara jernih sebelum meneruskan perselingkuhan, camkan dalam diri bahwa hal itu pasti berdampak fatal di kemudian hari. Bila salah ambil keputusan, sudah pasti berantakan. Coba renungkan! Belum tentu cinta baru lebih membahagiakan dari cinta lama. Belum tentu ketika ada cinta baru lantas mampu memberi kebahagiaan paripurna. Bisa jadi malah celaka. Asyik masyuk itu terjadi hanya sementara—di awal jumpa saja. Ketika seluruh keburukan tampak, apa yang tersisa adalah sesal. Yakinlah bahwa itu hanya hasrat sesaat, hasrat untuk menyalurkan berahi kepada orang lain saja. Tak ada cinta dalam hubungan semacam ini selain untuk urusan syahwat. Tak ada cerita tentang perselingkuhan berakhir bahagia, yang terjadi justru bencana.
Bertahanlah pada cinta pertama, sebab itulah kebahagiaan sejati dan hakiki. Cinta yang membuatmu bisa bertahan sampai hari ini. Hakikat cinta yang dengan susah payah diraih untuk pertama kali. Apakah perjuangan mendapat cinta hingga berdarah-darah itu harus runtuh dalam sekejap hanya karena pesona cinta lain? Jangan karena salah menilai cinta lain lantas dengan mudah melepas cinta pertama tanpa pertimbangan matang. Rumput tetangga memang lebih hijau dan menggoda, tapi jauh di balik apa yang tampak itu adalah tipuan dan bisa jadi takkan memberi kebahagiaan. Bila mampu menepis hasrat, hal itu tentu jauh lebih baik daripada terperosok dalam jurang penyesalan karena salah ambil keputusan.
Bersyukurlah karena mampu bertahan pada satu cinta. Selain tak memicu masalah-masalah baru dan pelik, pastilah hidup jauh lebih tenang. Kalaupun ada masalah, mungkin hanya seputar itu-itu saja dan lebih mudah mencari solusi, sebab sudah terbiasa bahkan hafal dengan permasalahan yang sama—cara menyelesaikannya pun lebih gampang. Menjalin hubungan dengan cinta baru pasti menimbulkan masalah baru dan sulit menemukan solusi paling jitu. Teruslah memperbarui cinta lama agar tetap segar. Karena di luar sana selalu bermunculan cinta dengan segala macam rupa yang teramat menggoda. Mempertahankan jauh lebih sulit ketimbang memulai sesuatu yang baru. Bila tak tahan godaan, bersiaplah melawan beragam permasalahan. Bersiaplah hancur bila tak memiliki cukup kemampuan bertarung. Jangan menjadi penghancur bagi diri sendiri dan juga bagi orang lain.
Serapi apa pun perselingkuhan disembunyikan laun pasti terkuak juga. Seperti yang sudah lazim diketahui: sepandai-pandai menyembunyikan bangkai pasti tercium pula baunya.
Sebagai manusia yang tak luput dari kekhilafan, tobat sekaligus meminta perlindungan Tuhan dari segala bentuk godaan dan kejahatan memang perlu dilakukan. Bila hati telah dirasuki cinta, penglihatan awas pun mendadak buta. Setelah cinta benar-benar bersemayam di dada, cinta lain hilang pesonanya—kecuali bagi hati yang tak pernah cukup hanya dengan satu cinta di jiwanya.
Lantas bagaimana jika sudah telanjur melakukan hubungan lain di antara hubungan sebenarnya? Untuk sementara waktu biarkan saja semua mengalir. Tak perlu tergesa-gesa melakukan tindakan lebih jauh atau memutus secara paksa. Berusahalah untuk mundur pelan-pelan hingga merasa benar-benar siap saling melepaskan. Jangan sampai terdengar jejak kaki saat undur diri agar tak saling mencederai. Ingat, ini bukan teori melarikan diri dari tanggung jawab. Siapa yang berbuat, dia pula yang harus bertanggung jawab. Bila semua telah siap, bicarakan secara baik-baik di waktu yang benar-benar tepat meski terdengar tak menyenangkan. Putuskan tanpa perlu memutus! Akhiri tanpa perlu melanjutkan di kemudian hari. Meski sama-sama dinilai pengecut, tapi mengakhiri hubungan di antara cinta sejati jauh lebih bermartabat walaupun sebenarnya telah terlaknat. Bukankah hal itu jauh lebih baik dan tidak akan melahirkan keburukan lebih mengerikan lagi?
Bila hubungan cinta lain (selingkuh) yang sudah terjalin diteruskan lebih jauh lagi dari yang semestinya, tentu semakin memperkeruh suasana lahir maupun batin. Secara tak langsung hal itu sudah melukai banyak pihak. Sudah pasti banyak hati yang terluka dan kecewa. Sampai kapan semua itu diakhiri? Sama halnya dengan kapan memulai, mengakhiri juga butuh pertimbangan yang jauh lebih mumpuni. Jangan memutus secara paksa—selain harus kehilangan—cara itu pasti akan menyisakan sakit tiada tara, bahkan luka yang ditinggalkan takkan ada penawarnya. Biarkan semua mengalir seperti semula. Mengalir seperti saat sebelum terjadi pernyataan untuk saling menjalin hubungan. Meski apa yang sudah terjadi tak bisa diputar kembali, biarkan waktu memulihkan kesadaran. Jalani semua secara wajar tanpa perlu mengulangi perbuatan kuarang ajar. Laun, akan tampak jelas mana cinta sejati dan mana jalinan asmara yang sekadar untuk pelampiasan berahi. Jangan sekali-kali mengaduk air jernih, sebab lambat laun pasti keruh juga. Biarkan air itu endap dan jernih dengan sendirinya.
Berpikirlah secara jernih sebelum meneruskan perselingkuhan, camkan dalam diri bahwa hal itu pasti berdampak fatal di kemudian hari. Bila salah ambil keputusan, sudah pasti berantakan. Coba renungkan! Belum tentu cinta baru lebih membahagiakan dari cinta lama. Belum tentu ketika ada cinta baru lantas mampu memberi kebahagiaan paripurna. Bisa jadi malah celaka. Asyik masyuk itu terjadi hanya sementara—di awal jumpa saja. Ketika seluruh keburukan tampak, apa yang tersisa adalah sesal. Yakinlah bahwa itu hanya hasrat sesaat, hasrat untuk menyalurkan berahi kepada orang lain saja. Tak ada cinta dalam hubungan semacam ini selain untuk urusan syahwat. Tak ada cerita tentang perselingkuhan berakhir bahagia, yang terjadi justru bencana.
Sumber gambar: Freepik.com |
Bertahanlah pada cinta pertama, sebab itulah kebahagiaan sejati dan hakiki. Cinta yang membuatmu bisa bertahan sampai hari ini. Hakikat cinta yang dengan susah payah diraih untuk pertama kali. Apakah perjuangan mendapat cinta hingga berdarah-darah itu harus runtuh dalam sekejap hanya karena pesona cinta lain? Jangan karena salah menilai cinta lain lantas dengan mudah melepas cinta pertama tanpa pertimbangan matang. Rumput tetangga memang lebih hijau dan menggoda, tapi jauh di balik apa yang tampak itu adalah tipuan dan bisa jadi takkan memberi kebahagiaan. Bila mampu menepis hasrat, hal itu tentu jauh lebih baik daripada terperosok dalam jurang penyesalan karena salah ambil keputusan.
Bersyukurlah karena mampu bertahan pada satu cinta. Selain tak memicu masalah-masalah baru dan pelik, pastilah hidup jauh lebih tenang. Kalaupun ada masalah, mungkin hanya seputar itu-itu saja dan lebih mudah mencari solusi, sebab sudah terbiasa bahkan hafal dengan permasalahan yang sama—cara menyelesaikannya pun lebih gampang. Menjalin hubungan dengan cinta baru pasti menimbulkan masalah baru dan sulit menemukan solusi paling jitu. Teruslah memperbarui cinta lama agar tetap segar. Karena di luar sana selalu bermunculan cinta dengan segala macam rupa yang teramat menggoda. Mempertahankan jauh lebih sulit ketimbang memulai sesuatu yang baru. Bila tak tahan godaan, bersiaplah melawan beragam permasalahan. Bersiaplah hancur bila tak memiliki cukup kemampuan bertarung. Jangan menjadi penghancur bagi diri sendiri dan juga bagi orang lain.
Serapi apa pun perselingkuhan disembunyikan laun pasti terkuak juga. Seperti yang sudah lazim diketahui: sepandai-pandai menyembunyikan bangkai pasti tercium pula baunya.
Sebagai manusia yang tak luput dari kekhilafan, tobat sekaligus meminta perlindungan Tuhan dari segala bentuk godaan dan kejahatan memang perlu dilakukan. Bila hati telah dirasuki cinta, penglihatan awas pun mendadak buta. Setelah cinta benar-benar bersemayam di dada, cinta lain hilang pesonanya—kecuali bagi hati yang tak pernah cukup hanya dengan satu cinta di jiwanya.