SAJAK LELAKI TROTOAR | MEMBASUH MATA DENGAN DOSA | KETIKA KUMERENUNGI CINTA
SAJAK LELAKI TROTOAR
LELAKI tua itu tertidur lelap di pinggir trotoar
desah napasnya kembang kempis beradu debu
asap hitam mengelilingi jasadnya seperti pasukan belatung
Di atas koran ia berbaring lemah
: hanya dengus yang terdengar
tak peduli lalu-lalang orang
Di samping tembok rumah
sederet tinta berbunyi:
“Dilarang tidoer dan kentjing selain andjing.”
—rumah bekas orang Cina
Semua pintu tertutup rapat
terkatup rapat seperti patung yang membisu
O, lelaki tua yang merana
Anak lupa ibu-bapaknya
: demi martabat diri
demi kursi berani meludahi
ah, zaman memang sudah edan!
MEMBASUH MATA DENGAN DOSA
SALAHKAH aku bila membasuh mataku
dengan dosa dan nafsu
: memancing gelembung berahi
lalu menjadi onak
pergi ke belakang
berhalusinasi
lalu entah apa yang terjadi
(?)
Lebih baik membuat dosa sendiri daripada mencuri
dosa
korupsi
nepotisme
terlebih cabul pada hukum
…
Di manakah Tuhan
antara dosa dan nafsu
antara iman
perasaan
nalar dan malu
(?)
KETIKA KUMERENUNGI CINTA
KETIKA kumerenungi adanya cinta,
yang kudapati, diriku adalah yang tak tahu apa-apa tentangnya,
yang kutahu hanyalah sesuatu yang menggelembung tak terucap
Cinta tak lebih seperti untaian kata yang tereja pada gugusan mistis
tak lebih sepeti anyaman mawar bertabur embun
dan, sesuatu yang tak dapat kukias dengan makna dan juga kata;
indah namun terasa
LELAKI tua itu tertidur lelap di pinggir trotoar
desah napasnya kembang kempis beradu debu
Baca Juga
Di atas koran ia berbaring lemah
: hanya dengus yang terdengar
tak peduli lalu-lalang orang
Di samping tembok rumah
“Dilarang tidoer dan kentjing selain andjing.”
—rumah bekas orang Cina
Semua pintu tertutup rapat
terkatup rapat seperti patung yang membisu
O, lelaki tua yang merana
Anak lupa ibu-bapaknya
: demi martabat diri
demi kursi berani meludahi
ah, zaman memang sudah edan!
Yogyakarta, 13 Mei 2005
SALAHKAH aku bila membasuh mataku
dengan dosa dan nafsu
: memancing gelembung berahi
lalu menjadi onak
pergi ke belakang
berhalusinasi
lalu entah apa yang terjadi
(?)
Lebih baik membuat dosa sendiri daripada mencuri
dosa
korupsi
nepotisme
terlebih cabul pada hukum
…
Di manakah Tuhan
antara dosa dan nafsu
antara iman
perasaan
nalar dan malu
(?)
Yogyakarta, 06 Mei 2005
KETIKA KUMERENUNGI CINTA
KETIKA kumerenungi adanya cinta,
yang kudapati, diriku adalah yang tak tahu apa-apa tentangnya,
yang kutahu hanyalah sesuatu yang menggelembung tak terucap
Cinta tak lebih seperti untaian kata yang tereja pada gugusan mistis
tak lebih sepeti anyaman mawar bertabur embun
dan, sesuatu yang tak dapat kukias dengan makna dan juga kata;
indah namun terasa
Puisi ini telah dipublikasikan di SOLOPOS (19/06/2005)