NESTAPA RUSMINI | SEPERTI KEPOMPONG | FAJAR TLAH MEROBEK PERUT BUMI
NESTAPA RUSMINI
SUNGGUH kasihan nasibmu Rusmini
kau gadis dusun dari keluarga papa
merantau ke seberang
—cari sandang, pangan, papan
mengadu nasib bagimu
dan untuk emak-bapakmu di kampung
Sungguh kasihan nasibmu Rusmini
sampai seberang kau terlunta
masih untung kau tak apa-apa
karena tak bunting perutmu dari sana
dan, kau tak bawa aib dan dosa
Sungguh kasihan nasibmu Rusmini
kau harus pulang tak bawa apa-apa
hanya selembar baju kebaya kusam
dan rok batik yang compang-camping
—karena, kau lari ingin diperkosa
Kasihan nasibmu Rusmini
emak-bapakmu hanya menyambut dengan lara nan iba,
harus ke mana kau mengadu?
Lalu kau bilang:
“lebih baik jadi babu di negeri sendiri daripada lacur di luar negeri.”
SEPERTI KEPOMPONG
AKU ini, jiwa, terbungkus dua sisi
dua sisi terbentang—bertumpuan
satu sisi bak malaikat, sisi lain seperti iblis
aku ini, dua persimpangan pada satu titian
Aku ini, jiwa yang terbungkus
aku ini roh sederhana dari alam sempurna
aku lahir dalam tubuh sederhana,
Aku seperti kepompong
dari belatung terselip
biak, laik kupu-kupu di hamparan kabut biru
FAJAR TLAH MEROBEK PERUT BUMI
FAJAR tlah merobek perut bumi
pada gugus bintang benderang
terhimpit keliman kabut tebal
Matahari tak pernah meratapi bumi
luluh lantak
seperti permainan bocah
ia berkejaran dengan dongeng waktu
Embun tak lagi dingin
embun air mata
embun keringat dan peluh
embun tak lagi beri kesejukan dan kesegaran
embun tak lagi embun pagi
Ia tak lagi milik matahari
: juga kuncup bunga yang terkatup
Fajar tlah merobek perut bumi
pada gugusan rembulan
beradu dengan kabut tebal
beradu dengan kelamin
peluh dan juga kematian.
SUNGGUH kasihan nasibmu Rusmini
kau gadis dusun dari keluarga papa
Baca Juga
mengadu nasib bagimu
dan untuk emak-bapakmu di kampung
Sungguh kasihan nasibmu Rusmini
sampai seberang kau terlunta
karena tak bunting perutmu dari sana
dan, kau tak bawa aib dan dosa
Sungguh kasihan nasibmu Rusmini
kau harus pulang tak bawa apa-apa
hanya selembar baju kebaya kusam
dan rok batik yang compang-camping
—karena, kau lari ingin diperkosa
Kasihan nasibmu Rusmini
emak-bapakmu hanya menyambut dengan lara nan iba,
harus ke mana kau mengadu?
Lalu kau bilang:
“lebih baik jadi babu di negeri sendiri daripada lacur di luar negeri.”
Yogyakarta, 15 September 2005
AKU ini, jiwa, terbungkus dua sisi
dua sisi terbentang—bertumpuan
satu sisi bak malaikat, sisi lain seperti iblis
aku ini, dua persimpangan pada satu titian
Aku ini, jiwa yang terbungkus
aku ini roh sederhana dari alam sempurna
aku lahir dalam tubuh sederhana,
Aku seperti kepompong
dari belatung terselip
biak, laik kupu-kupu di hamparan kabut biru
Yogyakarta, 15 September 2005
FAJAR tlah merobek perut bumi
pada gugus bintang benderang
terhimpit keliman kabut tebal
Matahari tak pernah meratapi bumi
luluh lantak
seperti permainan bocah
ia berkejaran dengan dongeng waktu
Embun tak lagi dingin
embun air mata
embun keringat dan peluh
embun tak lagi beri kesejukan dan kesegaran
embun tak lagi embun pagi
Ia tak lagi milik matahari
: juga kuncup bunga yang terkatup
Fajar tlah merobek perut bumi
pada gugusan rembulan
beradu dengan kabut tebal
beradu dengan kelamin
peluh dan juga kematian.
Puisi ini telah dipublikasikan di SEPUTAR INDONESIA (18/09/2005)