SEGENGGAM MAKNA | GAMANG
SEGENGGAM MAKNA
KETIKA aku berjalan menembus remang malam
ada suara lengkung bergema di antara lengkung langit pikiranku
apa yang merangsek, mengalir, penuh kerlip cahaya.
Suara nyaringnya mengalahkan lengkur lelaki di balik bilik
yang telah keropos tergerus zaman. Menungkap dalam harap.
Ada asap bercampur halimun perlahan terserap atmosfer imaji
hingga tersusun menjadi atom beterbangan dalam ruang ilusi
Sisi batin serasa sesak perdu yang terus menjalar
dan tanpa kusadari alam jiwaku telah merumbu
dengan beragam fantasi di bawah alam sadar
Ketika aku terus berjalan, semuanya seperti diorama
yang harus kutelisik lebih teliti bila ingin temukan segenggam makna.
GAMANG
BAGAIMANA jika kita tak lagi saling menggamit
saat berdiri di jurang kegamangan tak tampak landasnya
seberapa curam perasaan kita teriris perih sunyi kesendirian
atau berapa mil jarak yang harus kita tempuh,
berapa lama waktu yang dibutuhkan,
serta berapa tinggi-rendah atau dalamnya pemahaman
agar kita tetap berada di satu ruang keakraban?
Kiranya perlu segera kita enyahkan gamam itu dari hati serta pikiran
agar tak jadi gaman yang kapan saja menetak jalinan utas tali antar kita
bukankah sebelumnya kita telah menetak letak bagi persemayaman hati dan jiwa
agar tetap berada pada rohnya? Pelan kita terus menetal segala rasa perasaan
agar tak goyah oleh huru-hara badai prahara.
Satu-satunya labirin yang terus kita selusuri dalam hidup
adalah apa yang kita sebut sebagai kesempurnaan dari ajaran cinta,
sekalipun kita sering kali berjalan pada keinginan masing-masing
setidaknya dalam rupa warna kebersamaan itu,
kita memiliki harapan sama tentang impian yang sama.
KETIKA aku berjalan menembus remang malam
ada suara lengkung bergema di antara lengkung langit pikiranku
Baca Juga
Suara nyaringnya mengalahkan lengkur lelaki di balik bilik
yang telah keropos tergerus zaman. Menungkap dalam harap.
Ada asap bercampur halimun perlahan terserap atmosfer imaji
hingga tersusun menjadi atom beterbangan dalam ruang ilusi
Sisi batin serasa sesak perdu yang terus menjalar
dan tanpa kusadari alam jiwaku telah merumbu
dengan beragam fantasi di bawah alam sadar
Ketika aku terus berjalan, semuanya seperti diorama
yang harus kutelisik lebih teliti bila ingin temukan segenggam makna.
Yogyakarta, 28 Juni 2013
BAGAIMANA jika kita tak lagi saling menggamit
saat berdiri di jurang kegamangan tak tampak landasnya
seberapa curam perasaan kita teriris perih sunyi kesendirian
atau berapa mil jarak yang harus kita tempuh,
berapa lama waktu yang dibutuhkan,
serta berapa tinggi-rendah atau dalamnya pemahaman
agar kita tetap berada di satu ruang keakraban?
Kiranya perlu segera kita enyahkan gamam itu dari hati serta pikiran
agar tak jadi gaman yang kapan saja menetak jalinan utas tali antar kita
bukankah sebelumnya kita telah menetak letak bagi persemayaman hati dan jiwa
agar tetap berada pada rohnya? Pelan kita terus menetal segala rasa perasaan
agar tak goyah oleh huru-hara badai prahara.
Satu-satunya labirin yang terus kita selusuri dalam hidup
adalah apa yang kita sebut sebagai kesempurnaan dari ajaran cinta,
sekalipun kita sering kali berjalan pada keinginan masing-masing
setidaknya dalam rupa warna kebersamaan itu,
kita memiliki harapan sama tentang impian yang sama.
Yogyakarta, 28 Juni 2013
Puisi ini telah dipublikasikan di SOLOPOS (07/07/2013)