FOVEA NUMERALIA | TAK PERLU LAGI TANYA PERIHAL CINTA | SEDANG INGIN MELEPAS RINDU | TINGGALKAN SAJA
FOVEA NUMERALIA
HERING yang hanya mendekam di dahan pasti mati kelaparan
bahkan gunduk halimun pun dengan mudah halau ketajaman mata
terbanglah! Ada banyak pengetahuan terhampar saat bebas di udara
Jangan memasukkan akal di ruang pengap ataupun kedap udara
bila tak mampu menyelam, jangan benamkan diri ke laut
entaslah dari kubang sebelum ketajaman diri tak beraji lagi
Pagi telah menyibak gelap, jangan mengubur diri dalam selimut
jangan hanya berharap terang tapi lupa gelap menjerat nalar
terbanglah! Ada banyak pengetahuan terhampar saat bebas di udara
TAK PERLU LAGI TANYA PERIHAL CINTA
KAU tahu, bila cinta di dada ini menjawab pertanyaanmu,
ia justru takkan memberi apa pun selain bisu membatu
barangkali cinta yang kau kenal dulu sudah mengubah wujud
Ia menyatu ke seluruh organ-organ tubuhku, menjadi keseluruhan diriku
tiap kali kau bertanya, kejujuran begitu nyata di hadapmu;
tanpa perlu kata-kata penegas. Buanglah ragumu, aku adalah cintamu
Ragu akan menjadi aral bagi gerak cinta menuju hatimu
bisa jadi ia lenyap dalam sekejap saat mata mengerjap
enyahkan segala ragu, mari saling merindu agar cinta bersatu
SEDANG INGIN MELEPAS RINDU
BEGITU banyak renik melepik di atas lantai sunyi jiwa
hampa terasa begitu lama ketika tak bersua kekasih tercinta
waktu terasa lambat walau terus mengelilingi angka dan tanda
Bila cinta saling jumpa, ledak tak terkira dalam dada
biar jeda memugar kembali ragam endap rasa tanpa paksa
mari bersukacita setelah lama tak lepaskan rindu kian membara
Acap kali bibir menuturkan serpih kenangan, hati merajut asa
cawan sepi laun terisi denyar senyum walau bercampur airmata
tak usah bergegas, hikayat takkan usai ketika segala bersenyawa
TINGGALKAN SAJA
TINGGALKAN saja ampas, mari segera mengecap ragam nikmat hakikat
ampas hanya memberi sedikit manfaat, hakikat membawa roh melesat
bila makrifat memenuhi akal, kebodohan hanyalah belenggu dan ampas
Tinggalkan saja kumpulan keledai, mewujudlah diri sebagai burung elang
keledai malas hanya berjalan di tempat, elang membubung tinggi
penglihatan keledai sangat terbatas, mata elang menjangkau begitu luas
Tinggalkan saja ampas, bila beracun, ia takkan membawa kesuburan
apa yang bisa diharap dari ampas beracun selain kematian?
abaikan ampas yang tak membawa manfaat, mari menuju hakikat!
Sajak ini telah dipublikasikan di SOLOPOS (04/09/2016)
HERING yang hanya mendekam di dahan pasti mati kelaparan
bahkan gunduk halimun pun dengan mudah halau ketajaman mata
terbanglah! Ada banyak pengetahuan terhampar saat bebas di udara
Jangan memasukkan akal di ruang pengap ataupun kedap udara
bila tak mampu menyelam, jangan benamkan diri ke laut
entaslah dari kubang sebelum ketajaman diri tak beraji lagi
Pagi telah menyibak gelap, jangan mengubur diri dalam selimut
jangan hanya berharap terang tapi lupa gelap menjerat nalar
terbanglah! Ada banyak pengetahuan terhampar saat bebas di udara
Yogyakarta, 04 Agustus 2016
KAU tahu, bila cinta di dada ini menjawab pertanyaanmu,
ia justru takkan memberi apa pun selain bisu membatu
barangkali cinta yang kau kenal dulu sudah mengubah wujud
Ia menyatu ke seluruh organ-organ tubuhku, menjadi keseluruhan diriku
tiap kali kau bertanya, kejujuran begitu nyata di hadapmu;
tanpa perlu kata-kata penegas. Buanglah ragumu, aku adalah cintamu
Ragu akan menjadi aral bagi gerak cinta menuju hatimu
bisa jadi ia lenyap dalam sekejap saat mata mengerjap
enyahkan segala ragu, mari saling merindu agar cinta bersatu
Yogyakarta, 24 Mei 2015
BEGITU banyak renik melepik di atas lantai sunyi jiwa
hampa terasa begitu lama ketika tak bersua kekasih tercinta
waktu terasa lambat walau terus mengelilingi angka dan tanda
Bila cinta saling jumpa, ledak tak terkira dalam dada
biar jeda memugar kembali ragam endap rasa tanpa paksa
mari bersukacita setelah lama tak lepaskan rindu kian membara
Acap kali bibir menuturkan serpih kenangan, hati merajut asa
cawan sepi laun terisi denyar senyum walau bercampur airmata
tak usah bergegas, hikayat takkan usai ketika segala bersenyawa
Yogyakarta, 16 November 2015
TINGGALKAN saja ampas, mari segera mengecap ragam nikmat hakikat
ampas hanya memberi sedikit manfaat, hakikat membawa roh melesat
bila makrifat memenuhi akal, kebodohan hanyalah belenggu dan ampas
Tinggalkan saja kumpulan keledai, mewujudlah diri sebagai burung elang
keledai malas hanya berjalan di tempat, elang membubung tinggi
penglihatan keledai sangat terbatas, mata elang menjangkau begitu luas
Tinggalkan saja ampas, bila beracun, ia takkan membawa kesuburan
apa yang bisa diharap dari ampas beracun selain kematian?
abaikan ampas yang tak membawa manfaat, mari menuju hakikat!
Yogyakarta, 20 Juni 2015
Sajak ini telah dipublikasikan di SOLOPOS (04/09/2016)